Thursday, June 02, 2005

Dinners Club

Bersama KD, aku menetap sementara di daerah Brunswick di Mitchell Street. Di jalan terseebut ada tiga keluarga Indonesia dengan jarak rumah yang tak berjauhan. Kami di nomer 108, Mbak Esti-Pak Budi di 99 dan Imel-Arif di antara kami. (Masya allah , aku ga tahu nomer rumah mereka). Mbak E inilah yang kita daulat secara tidak resmi sebagai sesepuh. Karena selain umur, tingkat pendidikan (Pak Budi sekolah untuk Phd), mereka juga lebih dahulu tinggal di Melbourne. Jadi soal pengalaman hidup di negeri orang, merekalah jagoan kami.
Ngomong-ngomong soal jagoan hidup, pengalaman mereka yang sangat berharga adalah soal pengalaman mulut dan perut. Mbak yang satu ini sangat gape urusan dapur. (katanya sih karena energinya terlalu banyak kalau cuma ngurusin rumah thok). Nggak cuma masakan Indonesia yang dicobanya tapi juga makanan yang asing plus resep modifikasinya. Nah, kita-kita yang muda2 ini sangat bersedia untuk jadi kelinci percobaan yang manis. Undangan makan ini mendadak. Tiba-tiba saja ada telpon saat Magrib, si Mbak akan berkata "Dikau mau dinner kesini nggak ?". Dateng, gratis plus enak, kenapa mesti nolak. Kadang-kadang bisa bawa pulang pula ?
Nah karena seringnya makan malam di rumah 99 itu, akhirnya suka tercetus kalau kita adalah klub dinner mitchell street . Meskipun terkadang ada juga sahabat beliau yang tinggal di daerah lain yang khusus diantarjemput untuk makan malam.
Belakangan seksi masak memasak nya bukan monopoli si Mbak. Aku juga udah bisa dapat kesempatan untuk belajar mengolah bahan makanan. Ditentukanlah satu tema makanan, lalu menu2nya dibagi-bagi. Atau aku cukup menyediakan tenaga untuk membantu mengolah makanan. Hm asyiknya.

0 Comments:

Post a Comment

<< Home