Tuesday, June 07, 2005

Your Mommy, your mommy, your mommy and your daddy

Senin pagi kemarin, sebelum acara borong di saver sale, sony ericsson ku berbunyi, Imel minta tong buat ditemenin di rumah. Saat itu dia ada di Royal Woman Hospital karena ada kontraksi diperutnya. Cuma kata dia, si dokter kayaknya bakal minta dia pulang dulu karena saat kelahiran belum tiba. Kebetulan hari ini suaminya ujian jadi karena kuatir ada apa2 dirumah selama ujian, aku diminta nemenin. Kebayang kan melahirkan anak pertama di negeri orang tanpa ditemani sanak keluarga. Suami ujian pula ?

Siang itu aku langsung cabut ke RWH dari barklysquare. Nemenin Imel balik ke rumah. Kata si dokter, ditunggu sampai kontraksi lima menitan dengan masa kontraksi satu menit baru ke rumah sakit.

"Sakit, Mel ?"
" Nggak terlalu sih cuma kayak mau mens mbak ? kenceng dibawah perut?" jawabnya sambil meringis-ringis tapi masih bisa tertawa-tawa.
"Berapa menit ?"
"Cuma 40 detik." katanya sambil mengamati detik-detik jam tangan.

Ah...aku ga tahu gimana rasa nya yang sebenarnya. Kalau sakit mens, sih aku masih kebayang meskipun mensku ga terlalu sakit. Tapi sakit yang ini pasti lain. Walaupun dia masih bisa tertawa tapi aku yakin kalau saja bukan aku disisinya melainkan suaminya mungkin ia menangis.

"Boleh pegang perutmu?" kataku penasaran. Karena selama ini aku belum pernah pegang perut orang hamil secara sentuhan langsung
Trus aku pegang perutnya yang buncit itu. Aku kok jadi merasa beban kandungan itu sangat berat.

"Kalau pupu susah ?"
"Iyalah. Apalagi kalau malam bangun. Susah buat tidur lagi. Mau pindah posisi repot."

Ehm, aku jadi ingat almarhum ibu. Kebayang beratnya perjuangan melahirkan kami. Apalagi jaman dulu ga kayak sekarang dengan teknologi kedokteran serta fasilitas lain yang lebih baik.
Ditambah lagi dengan keadaan ekonomi yang sulit.

"Mbak, sekarang kebayang lho beratnya jadi ibu. Kurang ajar banget kalau anak sampe nyia-nyiain ibunya ."

Iya Mel. Berat jadi ibu. Berat waktu hamilnya, waktu menyusui, waktu membesarkan.

Kebayang lagi wajah ibu yang meninggalkan kami saat anak-anaknya selesai kuliah, saat belum ada balasan yang Beliau terima. Ikhlas banget dimataku. Semoga, ikhlas pula di mata -Nya. Ah, berharap moga investasi beliau menghasilkan keridhoan dari Sang Pemilik Semesta. Insya Allah. Amin

0 Comments:

Post a Comment

<< Home