Monday, August 15, 2005

Sister in Victoria Market

Di Pasar Victoria Market, banyak dijumpai kaum muslim yang mengadu peruntungan dolar. Mulai dari yang berprofesi kasual buka tutup toko seperti suamiku, penjaga toko seperti ku maupun pemilik toko seperti Julian. Namun tentu saja secara keseluruhan hanya sedikit dibandingkan total warga pasar. Dan tidak semua menjalankan keislaman. Seperti kata pemilik kios cetakan kue yang berasal dari Egypt, "I am a moslem too, but I'm not a good muslim like you."
Ada keuntungan tersendiri menjadi penjaja yang muslim dan berhijab. Salah satunya adalah menangkap peluang pasar muslim. Turis di australia yang muslim biasanya akan mampir ditokoku karena merasa nyaman kali ya....atau karena merasa persaudaaran yang kuat untuk memberi keuntungan kepada sesama muslim. Padahal yang punya tokoku kan warga australia keturuan Cina Kamboja. Pertemuan di toko kadang berlanjut diluar. Contohnya ada pembeli dari Arab yang ketika bertemu di restoran pizza masih menyapaku. Bahagia lho
Kebahagiaan lain adalah ketika bisa memberikan bantuan informasi kepada muslim yang membutuhkan. Contohnya jika ada pendatang yang kesulitan mencari restoran halal maupun masjid. Dengan pengetahuan yang lumayan cekak, ternyata pengetahuanku bisa bermanfaat.
Tapi hati-hati ya, terkadang ada cerita lucu sesudahnya. Lho ?
Beberapa waktu yang lalu ada pendatang dari Fiji yang kebetulan mampir di toko pada hari Jumat. KEmudian ia tanya masjid terdekat. Maka kutunjukkanlah masjid kampus Uni Melb di Frank Tate yang hanya 5 menit nait tram dari pasar. Esok harinya ia ternyata kembali ke toko bersama temannya. Aku pikir mereka ingin memberi barang sebelum pulang ke kampungnya. Ternyata ia cuma mau berucap terima kasih atas informasiku sehingga ia tak ketinggalan Friday Prayer dan tak tersesat. Lalu mulailah ia bertanya tanya kecil mengenai masjid tersebut, lalu suka duka di Melbourne. Buntut2nya dia tanya, Are single or Married ? Waduuuh......alarm keperempuananku mulai berbunyi. Langsung aja kubilang. Married. Trus dia langsung say, wassalamualaikum sister. Dan pergi. Lega rasanya.
Aku pikir barangkali aku aja yang kegeeran, ternyata setelah kuceritakan ke temen soal ini, dia bilang itu biasa karena ia pun punya pengalaman yang sama. Kami sih berpikiran bahwa hal ini bukan karena mereka iseng tapi karena sebagai minoritas tak banyak bertemu muslimah yang terjun dalam profesi publik. Atau jangan-jangan alia terlalu ramah. Wallahu alam.

0 Comments:

Post a Comment

<< Home