Sunday, July 10, 2005

Hospitality of a hospital

Pernah ke RSCM (rumah Sakit Cipto Mangunkusumo) ? Aku belum pernah. Dan berharap tidak akan bermalam di sana. RSCM buat sebagian penduduk Jakarta adalah alternatif terakhir pengobatan penyakit. Sudah banyak cerita yang tak manis tentang rumah sakit ini. Alasan utama adalah soal pelayanan yang buruk. Ehm.....masalah pelayanan barangkali RSCM bukan satu-satunya yang bermasalah karena banyak rumah sakit lain yang memiliki problem sama. Pasien yang tidak dihargai, ongkos yang mahal, ketidakramahan para medis dan masalah transparansi adalah beberapa keluhan masyarakat.

Aku pikir masalah RSCM hanya ada di negaraku tercinta, atau paling tidak di negara berkembang. Namun ternyata di Melbourne aku menemukan pengalaman yang tidak kalah menyebalkan. Keluhan utama adalah masalah kelambanan penanganan pasien. Bayangkan, jikalau ada sanak keluarga yang tiba2 sakit kemudian dibawa ke bagian emergency, namun baru ditangani setelah antri 4 jam, mau marah nggak ? Dan setelah diperiksa di emergency, kemudian dirujuk ke bagian lain, eh masih antri berjam2. Mau marah lagi kan ? Trus waktu diperiksa di bagian lain tsb, ditanya2 lagi seperti saat diperiksa di emergency karena dokumen pemeriksaan di emergency ga dibawa ke bag tsb. Sebel kan ? Kata orang ausie, kalau cuma antri dua jam di emergency itu adalah keberuntungan. Lho.

Ponakan seorang teman (mbak D) terkena kanker rahim stadium "gawat". Penyakit ini baru ketahuan setelah perut bagian bawah membesar dan si ponakan tak kuasa menahan sakit. Alhasil mbak D membawa si ponakan ke emergency. Tiga jam lebih menunggu baru diperiksa. Setelah diperiksa, si dokter menyarankan USG. Dan antrilah mereka di USG berjam-jam lagi. Kalau sudah di USG baru bikin appoinment lagi untuk ketemu dokter. Gimana sih rasanya, orang sakit di tangguhkan penanganannya ?
Kuatir dengan kondisi si ponakan mbak Dmengancam kalau si ponakan nggak ditangani, maka dia akan memulangkan keponakannya ke Indonesia segera. Si Dokter takut juga, setelah hasil USG didapat, operasi segera dilaksanakan. Hm hm hm


Minggu-minggu terakhir ini ada cerita soal mbak N yang mesti dirawat karena kena syndrome ogylvy pasca operasi caesar. Pengalaman nggak asiknya adalah soal dokter yang nggak kasih tahu keadaan si pasien yang sebenarnya ke keluarga (suaminya). Alhasil si suami dan extendded family di sini jadi kuatir dalam ketidakpastian. Apalagi sampai harus operasi kedua. Akhirnya si suami mengancam pihak rumah sakit. Hasilnya si dokter mau menjelaskan hal ikhwal ogilvy syndrome (syndrome satu diantara 50 ribu orang akibat operasi di bagian perut sehingga terjadi masalah di bagian usus).

Ngomong2 soal kehati-hatian dokter (sampai sangat hati-hati dan terkesan lambat) , hal ini sepertinya disebabkan kekuatiran mereka apabila dituntut pasien karena tindakan medis yang mereka lakukan. Pernah ada cerita dokter yang jadi jatuh miskin karena pasien memenangkan gugatan di pengadilan.

0 Comments:

Post a Comment

<< Home