Tuesday, June 28, 2005

Anna, the smiling lady

Anna, adalah seorang teman yang dipertemukan Allah di Melbourne. Kelas Alex lah yang mempertemukan kami. Ia sangat rajin menghadiri Spouse Program, sepekan tiga kali. Kadangkala ia harus izin keluar klas terlebih dahulu karena masih ada kelas bahasa Inggris yang lain di Brunswick Neighbourhood.

Bahasa Inggrisnya boleh dibilang standar dengan grammar dan vocabulary yang terbatas. Meskipun sudah 3 tahun setengah tinggal di Melbourne. Kok bisa sih ?.
Lewat ceritanya aku sedikit tahu.

Ia lulusan pesantren di kota kelahirannya. Pesantren yang biasa saja bukan seperti pesantren Tebu Ireng atau Gontor dengan keharusan berbahasa Inggris. Alhasil dia tidak memiliki kemampuan bahasa inggris yang memadai. Tiga tahunan yang lalu karena mengikuti suami menyelesaikan Phd di Unimelb, Mbak Anna memancangkan niat untuk bisa berbahasa Inggris. "Aku harus bisa." katanya. Tekadnya demikian besar. Ia hadir di setiap kelas bahasa Inggris selama masa tinggalnya di Melbourne mengabaikan godaan bekerja berburu dollar dan menutup telinga dari tertawaan orang lain.

Pekan lalu, diacara end of term small party, kami melepasnya kembali ke Indonesia. Negeri yang menurutnya masih sangat memerlukan sumbangsih dirinya. Negeri dimana ia akan melanjutkan pendidikan bahasa Inggris secara formal. Negeri yang mencintanya. Dan ia memberikan kata penutup lewat pidato bahasa inggrisnya yang manis meskipun dengan grammar dan vocabulary yang masih terbatas.

Mbak Anna, yang senantiasa tersenyum, adalah seorang wanita yang bertekad kuat. Ia juga menyemangatiku untuk terus merealisasikan mimpiku, memberdayakan masyarakat dengan kapasitas yang aku miliki. Hm hm, aku suka malu sama mbak satu ini.

(sebuah cinta buat mbak Anna)

0 Comments:

Post a Comment

<< Home