Wednesday, August 24, 2005

speechless

Aku patah hati pada seorang gadis yang memikat hatiku sejak tiga pekan lalu. Gadis yang sangat bersemangat dan tak henti mengkaji. Aku berduka tak bisa berkata-kata. Ketika ia memutuskan untuk tidak bergabung kembali dalam ikatan ukhuwah yang manis yang tak lekang oleh waktu. Ia berbalik arah ke jalan yang ia tinggalkan setahun lalu.

Tidak ada lagi gadis yang mengetuk YM ku dan berkata "sister.......". Kini ia hanya menyapaku dengan "alia.......". Beberapa malam yang lalu ia berpamitan sambil menangis. Aku pun tak kuasa untuk berkata. Benci pun tiada.

Ia masih muda di jalan ini. Langkahnya masih tertatih-tatih. Ketika ia butuh penopang, tak ada tongkat ia pegang. Ia mencintai jalan ini, meyakini kebenaran jalan ini, mencintai sang pemilik hidup ini. Namun ia tak sanggup bertahan dalam ketidaknyamanan hati karena tak yakin bisa mempersembahkan yang terbaik di hadapan pemiliknya. Sementara ia tak mendapat jawaban kenapa pelaku di jalan ini tak juga berbuat yang semestinya.

Aku berduka, tentu saja. Ketika ia memutuskan untuk berlalu, usai jua mimpi kami bertemu di alam nanti. Namun entah mengapa ada keyakinan yang dalam, bahwa ia akan kembali. Barangkali ini adalah bagian dari pencarian kebenaran yang hakiki. Dan akan mengantarkannya kembali lagi. Di jalan ini .

(Ketika aku bisa sedikit merasakan kesedihan Muhammad atas pamannya. buat Anh, I do believe you will comeback)

Monday, August 15, 2005

Learning from my client

Seperti biasa di hari Senin, aku berangkat ke kantor Kelvin Thompson untuk menunaikan tugas Volunteer Work meskipun diselingi ringisan di daerah pinggang dan gerimis pagi hari. Aku tidak mungkin membatalkan appointment antara Mimi Tamburino (contact person di KT) dengan klien2 ku karena sakit maka hari ini, kembalilah aku berjuang menemui 5 klienku.
Alhamdulillah, hari ini klien2ku tidak membawa masalah finansial yang rumit, semua relatif mudah sehingga dalam waktu singkat bisa selesai dan tidak memerlukan emergency telephone ke Tax Help center. Sebetulnya wajar saja kalau masalah tidak rumit karena klien2ku adalah low income earner yang penghasilannya tidak berasal dari sumber2 yang kompleks perhitungan pajaknya. Meskipun terkadang ada juga yang ribet karena dia menerima penghasilan dari sumber yang agak tidak biasa.
Selama jadi volunter ini aku banyak mendapat pelajaran berharga. Tidak saja pelajaran bagaimana menghitung pajak Australia, bagaimana berkomunikasi dengan orang namun juga belajar menyelami hidup low income earner di australia ditengah masyarakat dengan mayoritas tingkat ekonomi yang memadai. Pelajaran terakhir ini yang secara batin sangat memuaskanku karena membuatku lebih bersyukur. (Nikmat Tuhanmu manakah yang kau dustakan, alia ?
Meningkatnya ekonomi Australia dewasa ini tidak serta merta membuat negeri ini lepas dari pengangguran. Namun beruntunglah para pengangguran ini karena mereka masih mendapatkan tunjangan dari pemerintah untuk menopang hidup. Macam-macam nama allowance yang biasa di salurkan oleh centrelink ini dengan cakupannya masing2. Contoh dari tunjangan tersebut adalah carer payment (tunjangan buat menjaga orang2 tua), disability support pension (pensiun untuk orang dibawah usia pensiun yang harus berhenti karena ketidakmampuan fisik) dan single parent allowance (tunjangan untuk single parent). Enak ya, sepertinya, tidak bekerja tapi dapat uang. Namun kenyataannya tetap tak enak. Namanya juga bantuan apa cukup buat bertahan hidup di negeri yang metropolis ini ?
Salah satu klienku adalah single parent yang membesarkan dua orang anak masing-masing berusia tingkatan Prep(setelah kindergaten sebelum Grade1) dan Grade 2. Ia hanya mendapatkan allowance sebesar kurang lebih 12 ribu dollar setahun. Besar sih kalau dikonversi ke rupiah dan dibelanjakan di Indonesia. (Dipukul rata maka sebulan mendapat 1000 dollar, sewa rumah dua kamar rata2 700 dollar sebulan, belanja banyak vegie rata2 50 dollar perminggu bayangkan !)
Tertarik dengan kondisi dan kebersahabatan Ms ini, aku bertanya bagaimana kiatnya mensiasati tunjangan tersebut. Dia mencoba meminimumkan biaya konsumsi. Lebih banyak makan vegetable daripada daging dan ikan, tidak makan junk food, beli pakaian dan buku di secondhand shop (semacam Saver), lebih baik jalan dari pada naik mobil untuk menghemat petrol yang harganya semakin menggila, membuat sendiri bahan pembersih rumah (misalnya pakai baking soda untuk bersih2, pakai lemon minta tetangga buat membersihkan kompor, bikin serbet sendiri dari sisa pakaian anak dan lain-lain cara penghematan. Ana-anak tidak lalu memahami penghematan sang ibu. Keluhan selalu ada, entah dari makanan yang all vegies ataupun karena tak ada camilan. Namun ia selalu mengingatkan kalau makanan yang ia buat justru lebih sehat dan tidak membuat gemuk. Dan lagi katanya, meskipun kehidupan mereka sulit namun itu tidaklah seberapa dibanding orang lain di belahan bumi lain yang tidurpun tak beratap, makan tak bisa, sekolah tak ada.
Aku merasa kaya saat mendengar ceritanya mengingat tunjangan beasiswa yang lebih memadai meskipun kadang dikeluhkan oleh beberapa teman ketidakcukupannya. Aah manusia memang tempatnya keluh kesah
(jadi ingat saudara-saudaraku tercinta di nusantara yang masih papa)

Sister in Victoria Market

Di Pasar Victoria Market, banyak dijumpai kaum muslim yang mengadu peruntungan dolar. Mulai dari yang berprofesi kasual buka tutup toko seperti suamiku, penjaga toko seperti ku maupun pemilik toko seperti Julian. Namun tentu saja secara keseluruhan hanya sedikit dibandingkan total warga pasar. Dan tidak semua menjalankan keislaman. Seperti kata pemilik kios cetakan kue yang berasal dari Egypt, "I am a moslem too, but I'm not a good muslim like you."
Ada keuntungan tersendiri menjadi penjaja yang muslim dan berhijab. Salah satunya adalah menangkap peluang pasar muslim. Turis di australia yang muslim biasanya akan mampir ditokoku karena merasa nyaman kali ya....atau karena merasa persaudaaran yang kuat untuk memberi keuntungan kepada sesama muslim. Padahal yang punya tokoku kan warga australia keturuan Cina Kamboja. Pertemuan di toko kadang berlanjut diluar. Contohnya ada pembeli dari Arab yang ketika bertemu di restoran pizza masih menyapaku. Bahagia lho
Kebahagiaan lain adalah ketika bisa memberikan bantuan informasi kepada muslim yang membutuhkan. Contohnya jika ada pendatang yang kesulitan mencari restoran halal maupun masjid. Dengan pengetahuan yang lumayan cekak, ternyata pengetahuanku bisa bermanfaat.
Tapi hati-hati ya, terkadang ada cerita lucu sesudahnya. Lho ?
Beberapa waktu yang lalu ada pendatang dari Fiji yang kebetulan mampir di toko pada hari Jumat. KEmudian ia tanya masjid terdekat. Maka kutunjukkanlah masjid kampus Uni Melb di Frank Tate yang hanya 5 menit nait tram dari pasar. Esok harinya ia ternyata kembali ke toko bersama temannya. Aku pikir mereka ingin memberi barang sebelum pulang ke kampungnya. Ternyata ia cuma mau berucap terima kasih atas informasiku sehingga ia tak ketinggalan Friday Prayer dan tak tersesat. Lalu mulailah ia bertanya tanya kecil mengenai masjid tersebut, lalu suka duka di Melbourne. Buntut2nya dia tanya, Are single or Married ? Waduuuh......alarm keperempuananku mulai berbunyi. Langsung aja kubilang. Married. Trus dia langsung say, wassalamualaikum sister. Dan pergi. Lega rasanya.
Aku pikir barangkali aku aja yang kegeeran, ternyata setelah kuceritakan ke temen soal ini, dia bilang itu biasa karena ia pun punya pengalaman yang sama. Kami sih berpikiran bahwa hal ini bukan karena mereka iseng tapi karena sebagai minoritas tak banyak bertemu muslimah yang terjun dalam profesi publik. Atau jangan-jangan alia terlalu ramah. Wallahu alam.

Enjoy my sickness

Karena ingin memberikan hak kepada badan, maka beberapa jadual rutin mesti diistirahatkan sejenak. Akhirnya Alia kembali ke rumah. Inilah saat yang tepat bertafakur menikmati momen sakit, mensyukuri nikmat sehat, mensyukuri rasa sakit yang belum seberapa, menyelesaikan buku yang sudah lama tersendat ,menulis, mengisi blog.............wow banyak sekali yang masih bisa dilakukan.

(Gumam kala sakit, makasih untuk Gusti yang memberikan sakit sekedar jeda untuk semangat yang -semoga-makin bergelora)

Friday, August 12, 2005

Herpes Zoster

Dulu aku pernah kena cacar air tahun 93 an cuma dibagian kaki. Trus kena cacar air lagi (seluruh badan) tahun 96-an. Waktu itu serumah kena cacar air sehingga bikin kita sekeluarga males mengingat masa2 dikarantina bersama. aku pikir, it's all over. Karena cacar air ga pernah menyerang secara berulang. Tapi, ternyata........memang si cacar air tidak menyerang, cuma ada virus bandel yang nempel di syaraf yang kembali lagi menyerang lebih parah. Inilah yang disebut herpes zoster atau shingles. Tidak seperti cacar air yang merata di seluruh badan, shingles ini cuma ada disaerah tertentu dan insya allah tidak menyerang orang lain karena kata si dokter campisi , aku toh pake pakaian tertutup. No worries lah. Cuma yang agak kukeluhkan agak sedikit pain dan burn.....................

Berikut ini aku copy paste artikel dari Valtrex :

What is shingles?
Shingles, also known as herpes zoster, is an uncomfortable and often painful rash. It usually appears in a well-defined area on the abdomen or buttocks, although it may also occur on the face or arms. Because it commonly extends around the middle of the body, herpes zoster gets its name from the Greek word zoster meaning "girdle." The name shingles comes from the Latin word cingulum, a translation of zoster, which also means "girdle."


What causes shingles? Shingles is caused by the varicella-zoster virus, the same virus that causes chickenpox. Shingles is one of a variety of skin infections caused by viruses in the herpes family.

What is the relationship between chickenpox and shingles? When children (or adults) catch chickenpox, they contract the varicella-zoster virus. After the symptoms disappear, the virus "hibernates" in certain nerve cells within the body. During this period of hibernation, the virus causes no symptoms. For many people, this marks the end of chickenpox and problems caused by primary infection with the varicella-zoster virus. Unfortunately, the virus reactivates in some people causing shingles, a skin outbreak that is different from chickenpox.
Why some people get shingles and others do not is not fully understood.

How common is shingles? There are approximately 500,000 cases of shingles each year in the United States. Shingles is most common in people over 50 years of age; however, anyone, even children, can get shingles.

What are the symptoms of shingles? The first noticeable symptom of shingles is a burning pain or tingling in one area of the body. This is a warning sign called a prodrome. Within 1 to 3 days, a rash appears, usually on just one side of the body. Within 2 to 4 days, the rash turns into blisters that are tender to the touch. The blisters may last as long as 2 to 3 weeks. When they disappear, the pain goes away unless a complication called postherpetic neuralgia (described below) develops. Mild, flu-like symptoms, such as fever and headache, may also occur. Unfortunately, the pain associated with shingles can be quite severe. It has been described as a sharp pain, like a stabbing or burning feeling. If the pain affects your daily activities, your doctor or other healthcare provider may need to prescribe pain medication.

How serious is shingles? In patients with normal immune systems, shingles rarely leads to hospitalization, usually clears up in a few weeks, and seldom recurs. However, there are several complications that you should know about. The first is called postherpetic neuralgia, or PHN. People with PHN have pain that lasts for weeks, months, or even years after the skin outbreak has healed. Using medicine in the early stages of shingles may help reduce the duration of PHN. Another complication is that the blisters can become infected by bacteria. You should suspect this has happened if the pain and redness suddenly become worse or go away and then return. Antibiotics may be necessary to treat these bacterial infections. Shingles carries a risk of scarring the skin if the blisters become infected with bacteria. Shingles can also get into the eyes and cause permanent damage. If you have any blisters on your face, nose, eyes, or ears, be sure to tell your doctor or other healthcare provider immediately.

Is shingles contagious—can I give it to someone else? When your blisters break and ooze, it is possible for you to spread the virus to people who have never had chickenpox or those whose immune systems are not normal.

How is shingles treated? Anti-itch medications and pain relievers can help you get through much of the discomfort of shingles. Only one class of medicine is known to actually treat the disease itself. These agents are known as antivirals. For more information on treating shingles, ask your doctor or other healthcare provide

Usually I'm as fit as a fiddle but now I'm feeling crook

Badan ini akhirnya meminta jatah rehat setelah berhari-hari membantu aktivitasku. Ia rupanya tak sanggup untuk berpacu dengan banyaknya keinginan untuk berbuat kebaikan. Terima kasih, badanku........
Ketika badan mencapai titik maksimum, timbul beberapa pertanyaan besar. Adakah seorang alia melakukan kedhaliman, karena telah memanfaatkannya lebih dari yang seharusnya ? Sudahkah kepadanya diberikan hak yang layak, kalori yang cukup, asupan mineral yang baik, olah raga yang benar, istirahat yang sempurna dan juga pekerjaan yang sholih ?
Kayaknya perlu introspeksi dengan badan ini. Introspeksi yang pertama adalah soal aktivitas yang biasa kulakukan. Jangan sampai badan ini hanya payah oleh kegiatan yang tidak bermanfaat dan diridhoi allah. Namun jika lelahnya badan karena aktivitas beramal sholeh, rasanya badan akan sangat berbahagia karena kelelahan ini berpahala.
Rasulullah jarang sakit. Boleh jadi karena Beliau begitu adil terhadap badannya sehingga hak badan dan kewajibannya tidak njomplang. Atau, boleh jadi karena ruhiyah beliau yang sangat luar biasa membuat badan beliau demikian senangnya beraktivitas hingga lupa minta cuti dari pekerjaan-pekerjaan yang spektakuler.
Jika demikian, betapa malunya alia.......
(on the day Patrick Campisi said : Herpes Zoster)